Musi Rawas, Sumatera Selatan – GN.com |
Jalan usaha tani yang diperuntukkan untuk jalan pertanian, tujuan utamanya adalah untuk memperlancar mobilisasi pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian masyarakat, maupun mengangkut dari hasil produk pertanian itu sendiri.
Namun sangatlah disayangkan hingga membuat warga setempat kecewa, kondisi proyek pengerasan Jalan Usaha Tani yang berada di Desa Sukamana, Kecamatan STL Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, bukannya menjadi lebih baik. Akan tetapi justru membuat jalannya makin parah berubah jadi kubangan lumpur, yang lebih parah dari kondisi sebelumnya. Mirisnya lagi dari keterangan warga, usia jalan dimaksud belumlah genap dua bulan.
Hal itu terjadi diduga akibat minimnya material serta berbagai dugaan kejanggalan-kejanggalan lainnya dalam pelaksanaan proyek tersebut.
Berdasarkan plang atau papan informasi proyek yang masih ada di lokasi, proyek ini dikerjakan oleh CV Kurnia Brother yang menelan anggaran 177.660.000 Rupiah, yang bersumber dari APBD Kabupaten Musi Rawas tahun 2024 melalui Dinas Perkebunan.
Dari beberapa warga yang sempat diwawancarai oleh pihak Wartawan GN.com menyampaikan kekecewaannya terhadap kondisi proyek jalan tersebut. Mereka meminta pihak pemerintah melalui Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas untuk segera turun mengecek langsung, sekaligus meminta aparat terkait untuk segera mengusut dugaan penyelewengan dalam proyek JUT ini.
“Dari informasi orang yang kerja disini, panjang jalan ini 600 meter, dan koral katanya 30 truk. Dan harga satu truk umumnya 800 ribu rupiah, atau kita genapkan saja satu juta per truk. Artinya kalau 30 truk berarti cuma 30 juta. Kan cuma koral itulah materialnya yang utama. Padahal anggarannya besar, 177 juta lebih. Kan tidak masuk di akal,”tegas salah satu warga setempat, Selasa (14/01/2025).
“Maunya kita kemarin itu, jalan ini sistem cor, sama dengan jalan yang ada di tempat lain. Tapi mereka malah ngikuti maunya mereka sendiri. Seharusnya mereka dengarkan apa yang disampaikan oleh masyarakat. Kalau sudah begini, kami masyarakat tidak terima dan merasa dirugikan. Sebab dulu masih lebih bagus sebelum dibangun. Sekarang sudah dibangun, bukannya kami merasa terbantu, malah kami justru susah mau lewat. Itulah makanya kami sering lakukan gotong-royong sesama petani,”Ujar salah satu warga lainnya mengungkapkan kekecewaannya.
Editor/Liputan : Binsar Siadari